Jumat, 07 Oktober 2011

Penipuan Sedot Pulsa

Beberapa hari ini berita Penipuan Sedot Pulsa ramai diberitakan di tv maupun situs2 berita.


Dari pihak kepolisian juga menghimbau masyarakat untuk tidak segan2 untuk melaporkan bila menjadi korban penipuan SMS.



Beberapa hari sebelum penipuan pulsa diberitakan saya mendapat forward email sebagai berikut:


◄██▓░ . . . W A R N I N G ! ! ! . . ░▓██►

Modus Baru !!!! Jika anda menerima SMS spt ini atau mirip spt ini :

“Tolong uangnya
Di transfer sekarang
Aja ke bank BNI:
022-741-3681.
A/n FRISKA ANANDA, sms
Saja kalau sudah di
Transfer, trimksi...“
Seakan2 sms nyasar biasa,
JANGAN BALAS SMS BALIK...!!!!

Jika membalas sms tersebut (dengan memaki atau berkomentar), anda dikenakan premium charge! Rp 2000/.
Itu adalah Software baru utk menyedot Pulsa kita tanpa kita hrs sms REG yg dikonfirmasi balik.
Sekali nomer HP kita sdh dilock maka selanjutnya pulsa kita akan disedot trs dgn sms lagi tanpa perlu kita membalas sms nya.

Dan fatalnya kita tidak bisa melakukan UNREG spt SMS Premium yg resmi.
Hati hati dengan kejahatan ini,susah dilacak!
Forward ini untuk menolong kerabat2 anda.



Berarti sudah banyak yang menjadi korban penipuan pulsa!


Cuplikan beberapa berita Penipuan Sedot Pulsa: 
Polri Imbau Masyarakat Laporkan Penipuan SMS
Maria Natalia | Aloysius Gonsaga Angi Ebo | Kamis, 6 Oktober 2011 | 17:59 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Bachrul Alam mengimbau kepada masyarakat yang mengalami penipuan melalui short message service (sms) agar melaporkan hal tersebut pada kepolisian. Ia mengaku polisi tidak dapat menindaklanjuti jika tak ada bukti dan korban yang melapor dalam kasus itu.
"Untuk masyarakat yang merasa menjadi korban kita mengimbau untuk melapor ke kepolisan terdekat. Secepatnya, sehingga kita bisa paham, bisa tahu bahwa memang terjadi adanya kasus penipuan. Kita menunggu orang yang melapor dan kita akan tindaklanjuti," ujar Anton di Gedung Humas Polri, Kamis (6/10/2011).
"Kalau tidak ada yang melapor, kita dasarnya apa kan? Makanya masyarakat segera melapor, agar kita makin kuat lakukan penyelidikan. Dari penyelidikan kita akan lakukan kegiatan penyidikan," sambungnya.
Saat iini, kata Anton, polisi tengah meminta keterangan dari sejumlah korban penipuan yang melapor. "Nanti itu akan berkembang setelah kita mintai keterangan dari masing-masing pelapor ini. Hasil lidik kita kan, tentu akan berkembang ke selanjutnya," tutur Anton.
Sebagaimana diberitakan, kepolisian menduga para pelaku ini bekerja sama dengan para pemilik konter ponsel. Pasalnya, para pelaku ini cenderung hanya ingin menyedot pulsa untuk kemudian dijual kembali.
Cara atau modus yang dilakukan pun beragam, mulai dari mengirim pesan singkat melalui nomor biasa atau melalui jasa pelayanan SMS premium atau konten. Modus penipuan yang mampu menyedot pulsa korban itu dilakukan dengan cara mengirimkan pesan singkat melalui nomor GSM atau CDMA secara acak. Isi pesan singkat itu biasanya bertuliskan pengumuman pemenang dengan hadiah tertentu.
Cara lain yang dilakukan adalah dengan berlangganan konten atau SMS dengan tarif premium seperti kuis atau konten games. Dengan cara ini, para pengusaha konten terus-menerus mengirimkan pesan singkat yang menyedot pulsa.


Ingin Tahu, Kena "Sedot Pulsa"
| A. Wisnubrata | Rabu, 5 Oktober 2011 | 10:43 WIB
HARYO DAMARDONO dan BRIGITTA ISWORO LNia tiba-tiba tidak bisa dihubungi. Rupanya, Nia ganti nomor. Alasannya, nomor telepon selulernya menjadi amat boros karena pulsanya ”dicuri” alias ”disedot”. Setelah dirunut, dia ingat, pernah merespons penawaran nada dering berupa lagu dari salah satu grup band favorit remaja. Nia pun kesal.
Secara umum ada dua macam jebakan yang dipasang oleh pihak-pihak yang ingin mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang didapat ada dua macam, yaitu mendapatkan pulsa atau mendapatkan uang.
Analis forensik digital (DFA) Gunaris yang dihubungi pada Selasa (4/10/2011), di Jakarta, menjelaskan, setidaknya ada tiga modus operandi penyedotan pulsa.
Pertama, premium call. Modusnya, tulis Gunaris dalam surat elektronik ke Kompas, ”Pengguna telepon menerima layanan pesan singkat (sms) premium, lalu pengguna telepon membalas sms itu.”
Meski jawabannya tidak sesuai permintaan, misalnya menjawab ”unreg”, mengumpat, atau bahkan sms kosong, pulsa tetap tersedot. Pesan layanan singkat premium ini menggunakan nomor 4 digit, misalnya 3433, 9799, dan lain-lain. Untuk sms premium, harus bekerja sama dengan operator.
Hal itu bisa terjadi apabila konten sms premium disetel guna memaksa pengguna telepon untuk melakukan registrasi. Harusnya disetel ”reg on”, ”daftar” jika ingin mendaftar, atau petunjuk lain dengan isi yang sesuai tujuan.
Kedua, pulsa bisa disedot jika kita merespons janji gim murah di TV seharga Rp 1.000. ”Sebaiknya tawaran itu jangan diikuti karena akan menyedot pulsa,” tulis Gunaris. Format itu sebenarnya bukan untuk membeli gim, melainkan mendaftar pada konten tertentu.
Cara ketiga, pemilik konten menelepon pengguna telepon, menawarkan konten. Meskipun pemilik telepon tidak setuju mendaftar, nomornya akan didaftarkan secara paksa dan pulsa diambil.

Sulit potong pulsa
Head of Corporate Communication PT XL Axiata, Tbk, Febriati Nadira mengatakan, sulit bagi content provider (CP) palsu untuk memotong pulsa pelanggan. ”Katakanlah, mereka dapat mengelabui sistem untuk mengubah nomor panjang menjadi nomor empat angka. Lantas, bagaimana cara mereka mengambil pulsa?” kata dia.
Dia mengatakan, penyedia konten palsu pasti tidak memiliki sistem billing untuk memotong pulsa pelanggan. ”Jadi, kalau di XL, tak mungkin terjadi pemotongan pulsa pelanggan oleh penyedia konten palsu,” ujar dia.
Ia menambahkan, lebih masuk akal jika nomor empat angka itu dimanfaatkan untuk penipuan karena pengguna telepon percaya, sms itu resmi. Misalnya, untuk meminta setoran dana.

Transfer pulsa
Penipuan jenis lain adalah ketika pengguna telepon digiring untuk melakukan aktivitas yang sebenarnya mentransfer pulsa antartelepon.
”Permintaan” pulsa bisa dengan jelas dideteksi jika berupa sms berbunyi ”Papa minta pulsa ..bla..bla..bla” atau ”mama minta pulsa..bla..bla..bla”. Modus penipuan bukan transfer pulsa, tetapi karena pengguna telepon panik,” kata Gunaris.
Rasa panik bisa dipicu dengan isi sms menginformasikan, kerabat kita sedang dalam kesulitan, misalnya di kantor polisi, di rumah sakit, atau mengalami kecelakaan.
Kasus lain, sms yang sebenarnya adalah transfer pulsa tersamar. Atau ”Anda mendapat tiga pesan suara dari nomor 083139232459. Untuk mendengarkan silakan telepon *886* 10000*083139232459#l alu tekan OK/YES Terima kasih.”
General Manager mCommerce Mobile Data Services PT XL Axiata, Tbk, Thomas Aquines Syahreza Jenie mengatakan, XL berupaya mencegah pelanggan terjebak konten dengan tarif premium.
Caranya, dengan muatan SMS promo atau wording lebih tegas. Jika semula harga tidak jelas, harga dituliskan dengan tegas. Kemudian, ada pertanyaan-pertanyaan yang memastikan, pengguna telepon memang mau berlangganan.
Operator XL juga menyiapkan fasilitas pengecekan melalui USSD Menu Browser (UMB). Caranya, ketik *123*572# lalu tekan tanda telepon. ”Pelanggan dapat mengecek apakah dia terdaftar di layanan tertentu,” kata Thomas.
Dengan mengakses UMB, dapat dicek status RBT, layanan Xpressive SMS, dan cek layanan SMS. ”Ketika ada layanan yang tidak dikehendaki, bisa unreg, ada petunjuknya. Semudah itu,” kata Nadira.
Total yang Terambil Rp 100 Miliar Per Bulan

A. Wisnubrata | Rabu, 5 Oktober 2011 | 10:31 WIB


Share:
                        Penipuan SMS meminta mentransfer uang ke rekening bank                                   KOMPAS/ ROBERT ADHI KSP





JAKARTA, KOMPAS.com — Potensi kerugian pengguna telepon seluler akibat kecurangan penyedia jasa layanan pesan premium bisa mencapai Rp 100 miliar per bulan. Besarnya pulsa yang diambil dari konsumen karena ada penyedia layanan konten serta minimnya pengawasan dari operator telepon seluler dan regulator.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) memperkirakan nilai kehilangan pulsa konsumen bisa mencapai Rp 140 miliar. Adapun Indonesian Mobile and Online Content Provider Association(IMOCA) lebih moderat dengan menyebut kisaran puluhan miliar rupiah, tetapi masih di bawah Rp 100 miliar.
Menurut Direktur Operasional IMOCA Tjandra Tedja di Jakarta, Selasa (4/10/2011), perputaran uang dari sektor layanan konten mencapai 5 persen dari nilai transaksi telekomunikasi. Adapun pada akhir tahun 2010 diperkirakan omzet industri telekomunikasi mencapai Rp 100 triliun.
”Saya memiliki kecurigaan hampir setiap iklan yang di-broadcast ataupun SMS, orang yang membalas bisa dibilang di atas 50 persen tertipu,” tuturnya, sambil menambahkan bahwa sebagian iklan menampilkan gaya bahasa terselubung untuk menarik pengguna layanan seluler agar merespons.
Dia memberikan contoh sebuah tawaran, ”Wow, kamu berpeluang mendapatkan pulsa Rp 20.000 untuk 20 awal. Dapatkan Blackberry dan jalan-jalan gratis ke Hongkong. Telusuri 115310*1”. Ternyata, setelah pengguna mencoba layanan itu, ia secara otomatis didaftarkan mendapat informasi salah satu grup musik dengan tarif Rp 2.000 per SMS.
Ketua Pengurus Harian YLKI Sudaryatmo berasumsi, dari 220 juta nomor telepon seluler yang aktif, ada sekitar 29 juta pengguna yang terjebak, dengan tarif konten berlangganan Rp 5.000 per bulan, sehingga ada potensi kehilangan sekitar Rp 147 miliar per bulan. Angka asumsi 29 juta muncul dari sekitar 30 persen dari total nomor aktif lalu sempat masuk ke layanan premium, ada 90 persen yang tidak membatalkan registrasi dan separuh di antaranya terpaksa.
Kendati begitu, Tjandra menjelaskan, tidak semua penyedia layanan konten ”nakal”. Namun, ”kenakalan” beberapa penyedia layanan konten itu membuat pengusaha konten yang lain terimbas karena masyarakat jadi apriori. Anggota IMOCA, misalnya, berkurang dari 60 perusahaan menjadi 40 perusahaan.
Kontrol tidak berjalan
Sudaryatmo dan Tjandra menilai, selain kenakalan penyedia konten, fungsi pengawasan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) dan para operator juga tidak berjalan. Seharusnya, menurut Tjandra, BRTI proaktif mengambil contoh penawaran konten dari televisi ataupun SMS massal, lalu memperingatkan penyedia konten ”nakal”. Dia menilai BRTI paham alur teknis produk konten itu sehingga penindakan tergantung dari kesungguhan dan niat BRTI.
Heru Sutani, anggota BRTI, menuturkan, ketegasan sikap tidak harus melulu ditunjukkan BRTI. Menurut dia, operator juga harus tegas. ”Setelah kami tegur baru ada penghentian kerja sama,” tutur Heru, sambil menambahkan, pekan depan pihaknya akan mengumpulkan sejumlah pemangku kepentingan layanan pesan premium untuk menuntaskan masalah itu. (GAL)


Waspadai Tiga Modus Penipuan SMS

Reza Wahyudi | Tri Wahono | Selasa, 4 Oktober 2011 | 16:04 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus penipuan melalui pesan singkat atau short message services(SMS) kembali marak. Bila sebelumnya menggunakan modus 'mama minta pulsa'. Kali ini menggunakan modus yang berbeda yaitu 'minta transfer'. Selain itu sedang ramai dibicarakan juga soal pencurian pulsa yang berasal dari nomor resmi operator.
Modus operandi kasus 'minta transfer' yaitu  dimulai ketika pelanggan menerima SMS yang berisi permintaan untuk mentransfer sejumlah uang ke sebuah rekening. Salah satu SMS 'minta transfer' adalah sebagai berikut: "Tolong uangnya Di transfer sekarang aja ke bank BNI:022-741-3***. A/n FRISKA ANANDA dan sms reply saja kalau sudah diTransfer, trimkasih".
Sebagian besar penerima SMS 'minta transfer' ini akan langsung menghapusnya karena tahu SMS itu palsu. Namun, ada saja yang tertipu dengan langsung mentransfer uang ke rekening yang disebutkan. Mereka ini beranggapan, yang mengirimkan SMS memang orang yang dikenalnya atau kebetulan mereka memang akan menunggu SMS informasi rekening dari keluarga atau temannya.
Untuk kasus kedua, soal sedot pulsa. Masalah dimulai ketika pelanggan menerima SMS dari nomor empat digit yang memberi tahu pelanggan mendapat bonus atau hadiah. Pelanggan diminta mengecek dengan memasukkan kode tertentu untuk mengklaim bonus atau hadiahnya. Setelah itu, mereka akan sering menerima SMS dan pulsa langsung terpotong Rp 1.000 atau Rp 2.000.
Misalnya, SMS yang diterima Yudhistira, karyawan swasta, dari nomor 27672 berisi "Xpressive SMS Bonus. Kamu terpilih buat dptin UANG 3 JUTA, BB ONYX & Pulsa 50rb! Hub *123*2767# utk ambil kesempatanmu skrg! GRATIS WALLPAPER Romantis! 5rb/bln". Sekali mengirim ke nomor yang diberikan, sebenarnya pelanggan telah setuju melakukan registrasi sehingga akan dikirimkan konten secara rutin dengan tarif premium yang telah ditetapkan.
Lain lagi kasus ketiga misalnya pengalaman Anjar Anastasia, seorang member Kompasiana. Anjar menyebutkan di blognya, dia menerima SMS 'minta transfer' dan membalas SMS itu dengan menanyakan apa maksud dari SMS itu. Namun, tidak ada balasan sama sekali, malahan keesokan harinya Anjar mendapat report bahwa SMS itu gagal terkirim.
Setelah membaca berita tentang pencurian pulsa, Anjar mengecek pulsa ponselnya dan ternyata banyak berkurang. Kemudian, dia menelepon call center provider langganannya dan mendapatkan informasi bahwa pulsanya berkurang bukan akibat menerima/membalas SMS 'minta transfer' tersebut. Melainkan karena pengiriman beberapa kali SMS promo dari beberapa nomor dengan beberapa digit angka yang memang sering diterimanya.
Agar berhenti mendapatkan SMS promo dan terpotong pulsanya, Anjar diminta untuk mengirimkan SMS dengan isi STOP ke nomor-nomor yang mengirimkan SMS promo tersebut satu persatu. Ternyata umpan balik dari SMS STOP adalah sebagai berikut:
Ke nomor 600, mendapat balasan SMS: "Sayang sekali km tdk akan dpt ksmptn utk raih hadiah uang tunai nya dari program TOP. Terima kasih atas partisipasinya. Untuk info, tlp ke 021-8299194". Ke nomor 9133: "Anda diberhentikan pada keseluruhan layanan berlangganan kode akses: 9133. Info lebih lanjut hub 021-7989808". Ke nomor 9122:  "Anda diberhentikn pada keseluruhan layanan berlangganan kode akses: 9122. Info lebih lanjut hub 021-7989808"
Anjar merasa tidak pernah melakukan registrasi dari layanan dari nomor diatas. Menurut customer service provider seluler yang dihubungi Anjar, SMS Promo itu terkirim karena bisa sengaja atau tidak kalau kita menggunakan Internet. "Meski saya masih merasa aneh saja karena penggunaan internet yang biasa saya gunakan tidak macam-macam, tapi paling tidak saya sudah tahu jawabannya," demikian komentar Anjar atas jawaban dari customer service tersebut.
Munculnya tiga kasus SMS di atas dalam waktu yang hampir bersamaan memang banyak membuat masyarakat mengira pulsa mereka berkurang akibat menerima atau membalas SMS yang berisi permintaan untuk mentransfer uang ke sebuah rekening. Buat pembaca, agar tidak terjabak dengan tipuan tersebut, pastikan tidak merespon SMS dari orang yang tidak dikenal atau dapat menghubungi customer service dari provider yan digunakan. Pastikan juga layanan yang Anda gunakan dengan mengecek malalui saluran yang disediakan provider.
sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar